PKS Kabupaten Tangerang
Ilustrasi
Abdullah bin Amr bin Ash menghadap Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, berapa lama seharusnya saya mengkhatamkan al-Qur’an?” tanya Abdullah bin Amr.

“Bacalah hingga khatam dalam sebulan,” jawab Rasulullah saw.

“Saya sanggup mengkhatamkannya lebih cepat dari itu!” ujar Abdullah bin Amr.

“Bacalah hingga khatam dalam dua puluh hari,” jawab Rasulullah saw.

“Saya bisa lebih cepat dari itu!”

“Khatamkan dalam lima belas hari.”

“Saya masih kuat untuk lebih cepat dari itu!”

“Khatamkanlah dalam sepuluh hari!”

“Saya masih kuat lebih cepat dari itu!”

“Khatamkanlah dalam lima hari!”

“Saya masih kuat lebih cepat dari itu!” jawab Abdullah bin Amr.

Namun setelah itu, Rasulullah saw tidak lagi memberikan “dispensasi”.

Abdullah bin Amr bin Ash merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw yang begitu peduli pada al-Qur’an. Ia tidak sendirian. Para sahabat Nabi lainnya juga mempunyai kepedulian yang sama.

Bagi kaum Muslimin, semestinya al-Qur’an tak menjadi kitab suci yang dipajang dengan penampilan elok di rak buku. Sesuai dengan makna aslinya, al-Qur’an (berasal dari kata qara’ayang artinya membaca), harus dibaca. Bahkan, merupakan kitab yang sangat dianjurkan membacanya setiap hari. Membaca al-Qur’an dinilai Allah sebagai ibadah dan Allah memberikan ganjaran pahala yang berlipat ganda kepada hamba-Nya yang senantiasa membaca al-Qur’an.

Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang disibukkan oleh al-Qur’an dalam rangka berzikir kepada-Ku, dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya," (HR Turmudzi).

Selain itu, membaca al-Qur’an dapat menguatkan ruhiyah, menjaga hati tetap bersih dan istiqamah serta menyucikan jiwa. Dengan demikian, tilawah al-Qur’an merupakan indikasi keimanan seorang Muslim. Al-Qur’an al-Karim adalah firman Allah yang tidak mengandung kebatilan sedikit pun. Al-Qur’an juga tidak mengandung sedikit pun kebatilan. “...Dan sesungguhnya al-Qur’an itu adalah Kitab yang mulia, yang tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa yang lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana Maha Terpuji," (QS Fushshilat: 41- 42).

Al-Qur’an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang Muslim melebihi keutamaan mempelajari al-Qur’an.

Beberapa keutamaan membaca al-Qur’an adalah: pertama, al-Qur’an adalah kalamullah (perkataan Allah). Sebagai kalamullah, al-Qur’an memiliki berbagai karakteristik. Di antaranya, ia merupakan kitab yang diberkahi. Allah berfirman, “Dan ini (al-Qur’an), Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah..." (QS al-An’am: 92).

Selain itu, al-Qur’an juga menjadi penuntun pada jalan yang lurus. “Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar," (QS al-Isra’: 9).

Kedua, membaca al-Qur’an, dengan mempelajari dan mengajarkannya menjadikan dalam jajaran orang-orang terbaik. Rasulullah saw bersabda "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya," (HR Bukhari).

Ketiga, al-Qur’an menjadi syafi' (penolong di hari Kiamat). Rasulullah saw bersabda, "Bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat sebagai penolong kepada para 'sahabatnya' (pembacanya)," (HR Muslim). 

Keempat, orang yang membaca al-Qur’an akan bersama para malaikat di hari Kiamat. Rasulullah saw bersabda, "Orang yang membaca al-Qur’an lagi mahir akan bersama malaikat yang mulia lagi taat pada hari Kiamat," (HR Bukhari Muslim).

Kelima, aroma wangi orang Mukmin. Rasulullah saw bersabda, "Perumpamaan orang yang beriman dan membaca al-Qur’an bagaikan buah utrujah. Aromanya harum dan rasanya nikmat," (HR. Muttafaqqun ‘alaihi).

Keenam, penyebab terangkatnya suatu kaum. Allah berfirman, “Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu sebuah Ruh (al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami..." (QS asy-Syura: 52).

Ketujuh, turunnya rahmat (kasih sayang) dan sakinah (ketentraman). Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sesuatu kaum berkumpul di suatu masjid daripada masjid-masjid Allah, mereka membaca al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketentraman. Mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut makhluk yang ada di sisi-Nya," (HR Muslim).

Kedelapan, memperoleh kebaikan dan pahala yang berlipat ganda. Rasulullah saw bersabda, "Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf," (HR Turmudzi).

Kesembilan, bukti hati yang terjaga. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari pada al-Qur’an bagaikan rumah yang tak ada penghuninya," (HR Turmudzi).

Dalam membaca al-Qur’an hendaklah kita tidak terburu-buru dan hanya mengejar khatam saja, tapi hendaknya kita meresapi dan merenungkan isi dan kandungannya. Sebagaimana para sahabat Rasulullah saw. Mereka tidak melampaui sepuluh ayat sebelum paham dan mengamalkannya. Ibnu Abbas berkata, “Membaca satu surat dengan tartil (dengan penghayatan dan tadabbur) lebih aku sukai dari pada membaca al-Qur’an seluruhnya (dengan cepat tanpa penghayatan dan tadabbur).”

Allah berfirman, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (mentadabburi) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad: 24).

Khabbab bin Art berkata, “Bertaqarrublah kepada Allah semampumu! Ketahuilah sesuatu yang paling disukai oleh Allah Ta’ala untuk bertaqarrub kepada-Nya adalah kalam-Nya (membaca al-Qur’an).”

Utsman bin Affan menambahkan, “Andaikan hatimu itu bersih, pasti tidak akan pernah kenyang dari kalam Rabb-mu (ingin selalu membaca al-Qur’an).”

Ibnu Mas’ud berkata, “Barangsiapa ingin mengetahui bahwa ia cinta kepada Allah, maka hendaklah mengukur dirinya dengan al-Qur’an. Jika ia cinta kepada al-Qur’an, berarti cinta kepada Allah, karena al-Qur’an adalah kalam Allah.”

Tak lama lagi Ramadhan akan menjelang. Ramadhan adalah Syahrul Qur’an. Allah Ta’ala berfirman, “Bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan membedakan antara yang hak dan yang bathil. Maka barangsiapa di antara kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa,” (QS al-Baqarah: 185).

Kita jadikan Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an, dengan membaca, mempelajari dan mengamalkan kandungannya. Dengan demikian, kita berharap dapat meraih semua keutamaan tersebut dan mendulang pahala sebanyak mungkin.

Hepi Andi Bastoni

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama