PKS Kabupaten Tangerang
Oleh: Shofiyah Najiyah
PKS MUDA Kabupaten Tangerang

Sebutan pahlawan memiliki banyak makna. Salah satu makna tersebut adalah seseorang atau sekelompok orang yang perbuatannya membawa pengaruh baik dan manfaat bagi kepentingan umat, masyarakat, dan bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Bisa juga bermakna pejuang yang gagah berani. Sebutan pahlawan identik dengan pejuang masa lalu di zaman kemerdekaan. Kata pahlawan lebih sering digunakan untuk menyebutkan para pejuang atau tentara Indonesia yang melawan penjajah. Selain itu, digunakan pula untuk para ulama zaman dahulu yang berpartisipasi dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Saat zaman milenial seperti sekarang ini atau lebih dikenal dengan sebutan ”jaman now”, sosok pahlawan kini mulai mengalami degradasi makna. Zaman sekarang tentu berbeda dengan zaman dahulu. Seiring berjalan waktu, Indonesia mulai terkontaminasi oleh budaya-budaya luar yang menyebabkan banyak hal penting luput dari perhatian masyarakat. Mulai dari budaya Barat hingga yang kekoreaan perlahan semakin terpatri dalam diri masyarakat. Tak pandang usia, baik kaum remaja ataupun dewasa. Secara tidak sadar, kecenderungan terhadap budaya luar dan kecanduan pada teknologi yang kian pesat, dapat melupakan kearifan lokal dan potensi kekayaan alam di Indonesia yang seharusnya dijaga dengan baik. Banyak orang berpendapat bahwa upaya menjadi pahlawan di ‘zaman now’ dengan cara berkontribusi untuk negara dan agama. Namun, amat disayangkan sebagian besar generasi muda atau ‘kids zaman now’ yang menjadi pewaris kontributor negara, kurang memaknai kata pahlawan itu sendiri. Bahkan kurang mengetahui hal-hal tentang negara dan agamanya sendiri.

Mereka lebih tahu nama-nama model fashion terbaru di dunia Barat daripada nama-nama gunung berapi yang masih aktif di Jawa. Mereka juga lebih tahu kabar selebgram atau selebritis tanah air dibandingkan ulama Nusantara dan karyanya yang mampu memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bahkan lebih lanjut lagi mereka lebih tahu soal asmara Justin Bieber yang notabene yang tidak memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa. Demikian juga dengan apa saja brand make up terbaru dan tutorialnya lebih mereka kuasai daripada mengingat peta geografi wilayah-wilayah di Indonesia. Penghargaan musik dan drama terbaik Korea lebih mereka gandrungi daripada prestasi produksi kopi Indonesia yang menduduki peringkat keempat di dunia. Salah satu penyebabnya mungkin bisa berasal dari publikasi wawasan tersebut yang kurang dimasifkan. Kita bisa mulai dari hal kecil dengan menshare informasi yang bermanfaat dari beragam media dan memfilternya.

Sebagian besar ‘kids, bahkan adults‘jaman now’ memaknai pahlawan ”jaman now” dengan berkontribusi nyata dan menghasilkan karya di bidang passion dan status sosial masing-masing. Memang itu dibenarkan, akan tetapi melanjutkan perjuangan pahlawan sebelumnya dengan memertahankan kemerdekaan Indonesia adalah hal yang tingkat urgensinya sama pentingnya dengan mengembangkan passion. Hanya saja upaya menjadi pahlawan itu berevolusi mengikuti perkembangan zaman.

Jikalau dulu Ki Hajar Dewantara dijadikan pahlawan Nasional, karena sukses mendirikan Taman Siswa dengan konsep pendidikan Budi pekerti dengan tuntunan dan bimbingan, maka Ki Hajar Dewantara jaman now harusnya yang bisa berevolusi dalam memeratakan pendidikan. Membantu kaum yang lemah untuk bisa menjangkau akses pendidikan. Dengan kita membantu kaum yang lemah memeroleh akses pendidikan, berarti ikut serta dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Dahulu kala pada zaman Rasulullah SAW terkenal romantisme Ali bin Abi Thalib dengan Fathimah Az-Zahra ra.humma yang saling mencintai dan menyembunyikan perasaannya sampai halal. Sampai syaitan pun tidak mengetahui sebelumnya. Maka seharusnya ada banyak Ali dan Fatimah ‘jaman now’ yang bisa menjaga hati, pikiran, dan perasaan agar senantiasa mengingat Allah dan memperbaiki diri. Semoga ada banyak Fathimah ‘jaman now’, wanita yang selalu terjaga iffah dan izzahnya. Pun Ali ‘jaman now’, lelaki yang berani melamar perempuan yang dicintai, berapa pun modal yang dimilikinya.

Dahulu Mohammad Toha itu dijadikan pahlawan dari Bandung dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Mohammad Toha masih muda tetapi berani memimpin pasukan gerilya untuk menghancurkan Belanda. Maka semestunya Mohammad Toha ‘jaman now’ harus bisa menginspirasi, mendorong, menyemangati teman-teman untuk berbuat kebaikan. Berprestasi dan menghancurkan musuh bangsa ‘jaman now’ yaitu penjajahan dalam bidang ekonomi dan ideologi.

Menjadi seorang pahlawan bukan merupakan predikat yang serta merta diperoleh tanpa tahapan-tahapan. Menjadi pahlawan ‘jaman now’ bisa dimulai dari mengubah tabiat buruk dan konsisten dalam kedisiplinan. Berani mengubah tabiat buruk menjadi lebih baik dan berkorban untuk kepetingan orang banyak. Termasuk mengupgradediri dalam salah satu tahapannya. Dalam sehari Allash memberi waktu 24 jam untuk kita. Berapa jam kita luangkan waktu untuk mengasah skill leadership, entrepreneur dan kreativitas? Apa kita malah lebih nyaman menikmati hiburan daripada mengupgrade diri dengan memerluas wawasan?

Setiap orang pasti memiliki bidang yang ditekuni dalam kehidupannya.Agar dapat menjadi pahlawan, tentu kita tidak bisa menguasai semua bidang. Namun, kita bisa memilih bidang yang akan fokus ditekuni, sehingga dapat tercipta brand atau legitimasi dalam diri kita sesuai dengan bidang tersebut. Sebagai makhluk sosial, berkolaborasi adalah hal yang sangat bermanfaat untuk dilakukan. Dengan berjejaring dan bertemu banyak orang, kita dapat memeroleh banyak hal baru dengan lebih cepat. Dibutuhkan juga keikhlasan dalam mengabdi dan memberi manfaat untuk orang lain. Dengan demikian, dengan seizin Allah, hasil dan dampak yang diperoleh akan lebih berkah.

Indikator keberhasilan pahlawan ‘jaman now’ diliat dari kebermanfaatannya untuk kepentingan umat dan bangsa. Melakukan hal yang bermanfaat untuk diri sendiri juga bisa disebut pahlawan. Sebab sejatinya menjadi pahlawan adalah yang bermanfaat minimal untuk dirinya sendiri. Terlebih bagi mereka yang ikhlas mengabdi untuk kepentingan orang banyak secara konsisten bahkan menghabiskan waktu separuh umurnya di bidang tersebut. Pahlawan ‘jaman now’ juga sering didefinisikan dengan orang-orang yang dengan karya, gagasan nyata dan dedikasi yang tinggi dapat membawa perubahan nyata di masyarakat luas.

Seperti yang dituturkan oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), M. Sohibul Iman, “Hakikat kepahlawanan adalah kontribusi dan dedikasi, Karya nyata lebih esensi daripada gelar pahlawan itu sendiri.”

Di ‘jaman now’ ini semua orang, baik muda maupun tua, bisa dengan mudah terbawa trend dan pergaulan ‘jaman now’. Tapi tidak semua kids ‘jaman now’ bisa jadi pahlawan ‘jaman now’. Jangan mau jadi kids ‘jaman now’ tanpa bisa jadi pahlawan ‘jaman now’. Bagaimana pahlawan, jika kesehariannya lebih didominasi dengan hal yang tidak bermanfaat? Padahal kebermanfaatan adalah awal dari segalanya. Jadi apa yang sudah kau lakukan untuk bangsa dan agamamu?

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama