PKS Kabupaten Tangerang
Oleh Anis Matta

Umar marah besar. "Siapa yang mengatakan Muhammad sudah mati", katanya saat mendengar berita kematian itu, "niscaya akan kupenggal lehernya." Ali terdiam tak sanggup bicara, Usman tergagap tak sanggup berkata. Hanya Abu Bakar yang masuk membuka kafan yang menutupi tubuh Muhammad. Setelah melihat wajahnya, Abu Bakar lantas mencium keningnya lalu berkata: "Alangkah baiknya kamu saat hidup dan saat wafat." Setelah itu keluarlah beliau sambil berkata: "Siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah mati. Dan siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak akan mati."

Sang Nabi telah wafat. Berita kematian itu segera mengguncang seluruh Madinah, jazirah Arab bahkan dunia. Tapi ada peristiwa yang jauh lebih penting dari itu: kematian Muhammad juga telah menjadi penutup mata rantai kenabian yang panjang yang telah mengisi lembar kehidupan umat manusia. Itu adalah kesedihan di atas kesedihan.

Selama ini kita hanya membaca 25 kisah nabi dan rasul dalam Al-Qur'an. Padahal jumlah nabi dan rasul jauh lebih banyak dari itu. Beberapa ulama bahkan menyebut angkanya sekitar 350 nabi dan rasul. Kehidupan manusia dimulai dari seorang lelaki, Adam, dan seorang perempuan, Hawa, yang kemudian membentuk keluarga. Keluarga itu kemudian beranak pinak dan secara perlahan membentuk suku. Lalu suku yang menjadi simpul besar keluarga berkembang makin banyak sampai pada suatu skala yang kemudian kita sebut bangsa. Bersamaan dengan itu wilayah bumi yang dihuni manusia juga makin luas.

Pada setiap tahapan pertumbuhan itu selalu ada nabi dan rasul yang datang membawa risalah yang sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka. Pesan intinya adalah tauhid, tapi syariatnya yang disesuaikan dengan situasi mereka. Mereka adalah kafilah para pengajar yang datang membawa kitab suci. Ada guru ada kitab. Itulah inti dari semua proses pembelajaran. Tapi ketika Muhammad diutus, manusia telah sampai pada tahap kematangan akal yang memungkinkannya belajar melalui kitab tanpa kehadiran sang guru.

Maka menutup mata rantai kenabian setelah Muhammad adalah manifestasi kepercayaan Allah kepada kemampuan akal manusia untuk belajar melalui hanya narasi, tanpa narator. Itu sebabnya Allah berkata: "Sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur'an ini, adakah yang mau memahami?"

Sumber : Serial Pembelajaran Majalah Tarbawi edisi 224

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama