PKS Kabupaten Tangerang
Oleh: Erwyn Kurniawan

Waktu 20 tahun tak cukup mampu menghapus ingatan kita terhadap tulisan Dahlan Iskan. Di Harian Suara Indonesia pada 21 September 1998, Dahlan yang masih menjadi Direktur Jawa Pos saat itu memberi pujian setinggi langit kepada Partai Keadilan (PK) dan sekaligus kekhawatiran di akhir tulisannya.

Dalam artikelnya yang berjudul Massa Santun Di Dunia yang Bergetah, Dahlan tak mampu menyembunyikan kekagumannya kepada partai ini. Saya nukilkan beberapa kalimat menarik dari Dahlan.

Menyaksikan deklarasi Partai Keadilan di Gelora Pancasila Surabaya Minggu kemarin, bulu kuduk saya merinding. Susana religius yang teduh lebih mendominasi daripada suasana hingar-bingar yang biasa tampak di sebuah forum rapat besar partai.

Wajah-wajah mereka juga tampak sangat bersih, cerah dan kelihatan benar wajah intelektualnya. Lihat, begitu banyak yang mengenakan kaca mata putih dari jenis yang juga menunjukkan kelas sosialnya. Rasanya saya seperti berada di sebuah paroki dengan gambaran para biarawatinya.

Dari jalannya acara terlihat mereka adalah kelompok yang sangat terorganisasi. Misalnya saja bagaimana acara seperti itu sekaligus dimanfaatkan untuk mendapatkan daftar anggota lengkap dengan riwayat hidup mereka. Formulir dibagi dengan sistematis dan dikumpulkan dengan cara yang sistematis pula.

Seorang wartawan ‘nyeletuk’ bahwa mereka inilah kelompok reformis sejati.
Maksudnya barangkali, karena usia mereka umumnya masih muda, maka mereka bukanlah kelompok yang pernah terkena getah pemerintahan Orde Baru. Mereka memang para aktivis masjid kampus, yang selama Orde Baru bertekad tidak mau ke mana-mana, karena melihat di mana-mana sudah penuh dengan getah. 

Dahlan kemudian menutup tulisannya dengan kalimat:

Yang kita tunggu, bagaimana ketika mereka bertekad untuk berkiprah di panggung politik, yang bukan hanya banyak getah lama tapi juga akan muncul getah-getah baru… 

Bagaimana kita melihat kekhawatiran Dahlan setelah partai dakwah ini berusia 20 tahun? Saya coba menjawabnya dengan tiga kalimat: menembus dua digit, ganti presiden dan angin yang kian kencang berembus.


Menembus Dua Digit 

Jika jarum jam bisa diputar ulang, saya yakin kita tak hanya menemukan sosok Dahlan Iskan yang memiliki keraguan terhadap PK di tengah keterpesonaannya. Tak banyak orang yang yakin partai dakwah ini akan bertahan hingga kini. Ada cukup alasan untuk itu.

Pertama, PK dan kini menjadi PKS, dianggap memiliki keterputusan sejarah dengan Indonesia. PKS dinilai sebagai partai yang bukan lahir dari rahim Ibu Pertiwi. Banyak yang menyebutnya "diimpor" dari Timur Tengah. Stigmatisasi itu bahkan hingga saat ini terus digaungkan. PKS dilekatkan kepada Wahabi.

Kedua, basis kadernya yang berasal dari perkotaan dan terpelajar disebuut sebagai kelebihan sekaligus kelemahan. Mengapa? Dengan mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, PKS dianggap akan kesulitan melakukan penetrasi dan melebarkan sayapnya hingga ke pelosok-pelosok Nusantara.

Asumsi ini terlihat benar pada awalnya. Itu tercermin dari hasil pemilu 1999 yang hanya meraih 1.436.565 suara (1,36%) atau setara dengan 6 kursi DPR. Partai ini tak lolos parliamantary treshold (ambang batas parlemen) sehingga harus mengubah nama dari PK menjadi PKS.

Pemilu 2004 mulai mengubah cara pandang banyak orang terhadap PKS. Partai ini secara tak terduga melejit perolehan suaranya dengan mendapat 8.325.020 (7,34%).Lalu pada pemilu 2009 memperoleh 8.204.946 (7,88%). Dan pada pemilu 2014, di saat banyak pihak menduga PKS akan terkubur karena kasus yang menimpa presidennya Lutfi Hasan Ishaq, justru suara partai ini tetap stabil. PKS mendapatkan 8.480.206 suara (6,79%).

Tiga pemilu terakhir PKS selalu berada pada kisaran 8 juta suara. Pertanyaan besarnya, tak bisakah PKS melebihi angka tersebut dan menembus dua digit?

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS Mardani Ali Sera mengatakan partai menargetkan perolehan suara sebanyak 12 persen secara nasional pada Pemilihan Umum serentak 2019. 

"Kami targetnya 12 persen, atau naik hampir dua kali lipat dibanding Pemilu 2014," katanya.

Ini target yang sangat realistis. Analisisnya begini. Dalam tiga pemilu terakhir, PKS selalu mendapat 8 juta suara. Angka itu diperoleh ketika suasana PKS aman dari goncangan hingga munculnya tsunami masalah pada 2014. Bisa disimpulkan, inilah captive market PKS. Inilah konstituen PKS yang setia dan tak bisa pindah ke lain partai meski digoda dengan uang dan lainnya.

Dalam pemilu 2019, potensi pertambahan suara PKS sangat besar. Positioning sebagai partai oposisi yang kuat dan pembelaan terhadap isu-isu keumatan menjadi daya ungkit yang bisa melejitkan PKS. 

Diakui atau tidak, ada variabel baru dalam pemilu 2019 mendatang yakni 212. Aksi Bela Islam yang menyejarah tersebut menjadi tolok ukur tambahan bagi umat dalam menentukan pilihannya. 

PKS sudah mengambil posisi yang tepat. Melawan Ahok, Si Penista Agama dalam Pilkada DKI Jakarta lalu, menolak Perppu Ormas yang menyudutkan umat Islam, dan selalu terdepan dalam isu keumatan seperti menolak kriminalisasi ulama dan lainnya, membuat PKS mendapat tempat istimewa di hati umat.Terlebih lagi, ikon 212 Habib Rizieq Shihab kerap kali memberikan dukungannya kepada PKS atau calon yang didukung PKS di pilkada. 

Ganti Presiden 

Target 12% atau menembus dua digit juga menjadi realistis jika melihat fenomena belakangan ini. Isu #2019GantiPresiden mewabah. Menjalar ke penjuru negeri. Dan pencipta gelombang dahsyat tersebut adalah Mardani Ali Sera, politisi PKS yang sukses mengalahkan Ahok saat menjadi Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi.

Tagar ini tak boleh dianggap remeh. Di media sosial sudah menjadi trending. Di dunia nyata juga demikian. Kaos bertuliskan #2019GantiPresiden laris manis. Topi hingga mug gelas juga tak ketinggalan bertuliskan demikian. 

Karena itu, tak perlu heran jika Presiden Jokowi terlihat khawatir. Dia pun mengatakan mana bisa kaos menggantikan presiden.

Ada aroma ketakutan dibalik pernyataan tersebut. Wajar, mungkin karena Jokowi teringat aksi unjuk rasa kaos yang berujung pada pergantian kekuasaan di Taiwan dan Thailand.

Pada titik ini, PKS menunjukkan kelasnya dalam menciptakan gelombang isu, bukan cuma pengikut isu. Sekaligus pula ini menunjukkan kian matangnya PKS dalam kancah perang opini publik. 

Terdepan dalam isu keumatan dan terdepan pula dalam menyuarakan pergantian presiden, menjadi bekal luar biasa bagi PKS untuk mendongkrak suaranya menembus dua digit.

Menariknya, kian bertaringnya PKS dalam kancah politik nasional justru terjadi saat kian kencangnya angin yang berembus menerpa partai ini. Jika jelang pemilu 2014 ada kasus Lutfi Hasan Ishaq, kini ada masalah Fahri Hamzah.

Persoalan yang menimpa Lutfi Hasan Ishaq membuat partai ini solid karena dianggap ada musuh dari luar. Namun, berbeda dengan kasus Fahri Hamzah. Eskalasinya kian meningkat jelang pemilu 2019 sehingga soliditas internal terusik.

Masalah Fahri sebenarnya sederhana. Soal ketaatan kepada qiyadah. Hal sangat penting yang harus dimiliki semua kader PKS. Tapi itu justru tak dilakukan Fahri. Bahkan dia melakukan perlawanan dan melaporkan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman ke polisi. Upaya mendelegitimasi struktur begitu terasa meski Fahri berdalih untuk menyelamatkan PKS. 

Dengan pemilu 2019 yang sudah di depan mata, dan sederet kelebihan PKS di atas serta begitu besarnya gelombang harapan rakyat dan umat kepada partai dakwah ini, sulit atau bahkan tidak bisa bagi kita untuk mempercayai alasan Fahri Hamzah. Karena begitu absurd.

Tapi inilah konsekuensi logis yang harus diterima PKS di usianya yang ke-20 tahun. Persis seperti yang ditulis Dahlan Iskan, banyak getah di dunia politik. Dan getah itu kini semakin sering dirasakan. 

Apakah PKS mampu bertahan? 

"Damage control management control PKS patut diacungi jempol dan ditiru partai lain," kata AS Hikam dalam sebuah kesempatan.

Masih bertahannya PKS hingga sekarang, tetap bersuara lantang membela umat serta terus berkhidmat untuk rakyat meski angin kian kencang berembus, menjadi bukti tak terbantahkan partai ini memiliki daya tahan luar biasa sekaligus mematahkan kekhawatiran Dahlan Iskan, dua dasawarsa silam. Dan mimpi menembus dua digit akan menjadi nyata. Aamiin.

Selamat Milad PKS...

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama