PKS Kabupaten Tangerang
Oleh: Habib Salim Segaf Al Jufrie
Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Mari kita berharap keberkahan Allah pada dakwah ini. Keberkahan itu datangnya dari keyakinan kita kepada Allah, bahwa semua kekuasaan atau kemenangan dan kekalahan itu terjadi atas kehendak Allah.

Kita tidak sependapat dengan yang mengatakan bahwa konspirasi musuh menyebabkan kekalahan kita. Mau konspirasi apapun kalau Allah tidak berkehendak ya tidak akan terjadi. Mari kita melihat amal ini dengan pendekatan dakwah.

Yang menjadi evaluasi bagi kita adalah bahwa kita tergiring secara tidak sadar menjadikan politik sebagai panglima, lalu dakwah dan kaderisasi kita lupakan. Maka tolonglah slogan obah kabeh mundak akeh itu jangan dimaknai akeh (banyak) kursi dan suaranya, tapi akeh dan mundak keberkahannya. Dan itu dengan tetap menjadikan dakwah sebagai misi utama kita.

Kursi itu bukan tujuan kita, kalau kita pantas menerimanya Allah akan berikan. Saya membayangkan andai seluruh anggota dewan kita di Indonesia ini disebar merata ke desa desa yang ada di seluruh negeri. Lalu berdakwah dan membina masyarakat. Kita punya kemampuan untuk itu. Insya allah keberkahan akan turun dengan cara itu, tidak ada urusannya dapat kursi atau tidak.

Yang selanjutnya, menjadi evaluasi besar bagi kita adalah bahwa kita sering membuat target target yang sebenarnya tahu itu diluar kemampuan kita. Lalu kita terjebak dengan cara cara yang jauh dari keberkahan untuk memaksakan mencapai target itu. Apakah kita ini lebih sibuk dari Rasulullah? beliau selalu tertib dalam hal tidur dan bangun pagi. Di malam hari beliau serahkan dakwah di tangan Allah. Beliau tidur dan qiyamullail. Sesekali bolehlah begadang. Tapi kalau menjadi politic style kita itu sudah hal yang salah.

Allah hanya ingin kita ini bekerja semaksimal kemampuan kita. Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa. Tidak perlu memaksakan pola pola dan cara cara yang diluar kemampuan kita. Mari kita semakin tawadhu’ dihadapan Allah. Semakin kita tawadhu’ dan merasa butuh pertolongan-Nya, maka pertolongan akan mendekat. Jangan terlalu ngoyo menampakkaan bahwa kita ini punya kekuatan. Semakin kita berpikir kita punya kekuatan, lalu melupakan Allah, maka justru pertolongan semakin menjauh.

Itulah sebabnya para ulama mengajari kita doa, Allahummarzuqnaa ma’rifatan yas habuha bil adabi, Ya Allah beri kami ma’rifat kepadaMu, yang diiringi dengan adab terhadapMu.

Hari ini, barangkali kita mengenal Allah tapi kita tidak punya adab dan sopan santun terhadapNya. Lalu kita merasa sudah punya kekuatan, dan mulai melupakanNya. Ini namanya kita tidak beradab dan sopan santun terhadap Allah.

Jangan lupa juga, gara-gara jabatan politik lantas life style dan perilaku kita berubah. Terbiasa dilayani, kesenggol dikit marah-marah, dimana mana seolah ingin menunjukkan kita ini kuat. Kita lupa berapa ton nikmat Allah yang sudah kita makan melalui mulut kita. Mari jadi orang yang biasa biasa saja, dan mengingat bahwa semua ini pemberian Allah yang tidak akan kekal.

Pada akhirnya, mari memperbanyak dzikrullah. Imam Ali berkata, inna lillahi fil ardhi aaniyatun wa huwa al qolbu… Sesungguhnya Allah itu memiliki tempat di bumi, yaitu dalam hati kita.

Kita ini standar nya ma’tsurot sughro. Itupun masih suka nanya: ada yang lebih sughro lagi nggak tadz? insya Allah dengan dzikir yang banyak itu keberkahan akan turun.

Wallahu Al musta’aan.

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber: jateng.pks.id

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama