Al-Muzzamil Yusuf |
Salah satu julukan yang disematkan kepada Presiden Soekarno adalah “Penyambung Lidah Rakyat”. Bermula dari buku otobiografi yang ditulis oleh Cindy Adams, akhirnya julukan itu lekat dengan sosok Soekarno. Bung Karno adalah penyambung lidah rakyat, penyalur aspirasi dan sekaligus juru bicara rakyat Indonesia dihadapan negara – negara penjajah (Belanda & Jepang), dihadapan negara – negara terjajah (Asia – Afrika), dihadapan imperialis dunia (Nekolim) untuk menyuarakan ide kemerdekaan, persamaan derajat dan membangun tata dunia baru.
Dalam sebuah negara demokrasi, yang lebih pas untuk diberi julukan penyambung lidah rakyat sebenarnya adalah para wakil rakyat (anggota DPR), bukan seorang Presiden. Mereka (anggota DPR) dipilih oleh rakyat, untuk menyuarakan kepentingan rakyat dan mengartikulasikan aspirasi rakyat. PKS sebagai partai yang berasas islam, sudah tentu lebih konsen untuk menyuarakan aspirasi umat dan mengadvokasi kepentingan umat. Semata – mata karena PKS menyadari bahwa umat islam adalah pemegang saham terbesar atas bangsa Indonesia, dari sejak pergerakan perjuangan kemerdekaan hingga era reformasi saat ini.
Sebagaimana jamak diketahui, meskipun Indoneia adalah negara berpenduduk islam terbesar didunia, meskipun jasa dan kontribusi umat Islam terhadap negara diakui, namun kondisi umat islam terus menerus terpinggirkan dan tersudutkan. Semua wacana kritis seputar ancaman disintegrasi bangsa hingga kejahatan terorisme, biasanya akan menempatkan umat islam sebagai tertuduhnya. Umat islam dikekang aspirasinya, diberi label negatif jika ingin memperjuangkan keyakinanya serta menghadapi politik ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi yang parah.
Sebagai partai islam, PKS memang tidak larut dalam isu – isu krusial seputar pemberlakuan Piagam Jakarta hingga formalisasi syariat diranah publik (melalui perda – perda syariat). Dalam urusan ini sikap PKS sudah tegas, yakni menghargai dan terikat dengan konsensus para pendiri bangsa serta lebih mengedeankan perubahan sosial melalui aspek kultural. Namun PKS bersuara tegas dan lantang jika urusannya menyangkut kriminalisasi agama, kriminalisasi ulama dan kriminalisasi umat islam. Dan tokoh yang sering tampil sebagai “Penyambung Lidah Umat” adalah Al Muzammil Yusuf.
Al Muzammil Yusuf sebenarnya adalah politisi yang kalem dan santun. Penggemar baju batik ini lebih sering tersenyum serta jauh dari kesan keras, angker apalagi ekstrim. Namun saat menjalankan fungsi sebagai penyambung lidah umat, suaranya keras dan lantang, sikapnya tegas dan berani, hujjahnya kuat dan argumentatif. Beberapa kali beliau tampakkan sikapnya secara demonstratif saat berbicara (interupsi) diforum sidang paripurna DPR, diantaranya saat kasus bendera merah putih (penangkapan Nurul Fahmi) hingga surat toleransi (kasus Al Maidah 51). Al Muzammil Yusuf juga bersikap tegas terhadap isu perpu ormas yang dalam pandangannya dianggap bertentangan dengan konstitusi serta merugikan umat islam.
Jumlah umat islam di Indonesia memang sangat besar. Namun kondisinya akan bernasib seperti buih dilautan jika tidak ada golongan yang menyuarakan aspirasinya, mengadvokasi kepentingannya dan mengorganisasi kekuatannya. Semoga sosok – sosok politisi muslim seperti halnya Al Muzammil Yusuf bisa terus diproduksi oleh PKS serta bisa konsisten dan istiqamah dalam menjalankan fungsi sebagai “Penyambung Lidah Umat”.
Eko Jun
إرسال تعليق