Asal-muasal nama "Tigaraksa", salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang yang saat ini menjadi Pusat Pemerintahan Kabupaten (Puspemkab) Tangerang ternyata memiliki latar belakang sejarah.
Dilansir dari website resmi Pemerintahan Kabupaten Tangerang, tangerangkab.go.id, nama "Tigaraksa" berasal dari nama tiga orang tumenggung yang diutus oleh Sultan Agung Turtayasa dari Kesultanan Banten untuk membuat basis pertahanan di wilayah perbatasan Banten dengan Batavia dari serangan Belanda pada abad ke-16. Nama tiga tumenggung ini adalah Tumenggung Arya Yudha Negara, Arya Jaya Santika, dan Arya Wangsakara.
Munculnya tokoh pejuang Tangerang, tiga tumenggung, yaitu Tumenggung, atau Maulana Aryawangsakara, Arya Jayasantika, dan Arya Yudhanegara adalah ketika pasukan Banten terdesak oleh agresi militer Belanda pada abad ke-16. Kehadiran tiga tumenggung ini juga sebagai simbol penolakan masyarakat Tangerang terhadap penjajah di bumi Nusantara.
Menurut sejarah, tiga tumengung yang datang dari Sumedang ini, membuat sebuah perkampungan, yang juga dijadikan sebagai tempat pertahanan, yang kemudian diberi nama Tigaraksa, atau tiluk reksa (dalam bahasa Sunda), yang berarti tiga penguasa. Dalam membangun pertahanan, serta melawan penjajah kolonial Belanda kala itu, tiga tumenggung tersebut mengajarkan berbagai ilmu kanuragan, dan menanamkan jiwa patriotisme berlandaskan agama.
Tidak hanya berjuang melawan penjajah Belanda, tapi juga mengembangkan agama Islam di Tangerang. Pada waktu itu memang masyarakat Tangerang sendiri juga menolak terhadap penjajahan yang dilakukan oleh kolonial Belanda.
Selain cikal bakal wilayah Tigaraksa, kehadiran tiga tumenggung ini juga cikal-bakal berdirinya Tangerang. Tumenggung ini runtuh sekitar tahun 1684, yaitu ketika terjadi perjanjian antara pasukan Belanda dengan Kesultanan Banten, seiring dengan dibuatnya perjanjian antara pasukan Belanda dengan yang memaksa seluruh wilayah Tangerang masuk ke kekuasaan penjajah Belanda.
Seiring dengan pemekaran wilayah dengan terbentuknya pemerintah Kota Tangerang pada tanggal 27 Februari 1993 dan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993, maka pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang dipindah ke Tigaraksa. Pemindahan ibukota ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.
Untuk mengabadikan nama tiga tumenggung tersebut, tepat di pertigaan sebelum memasuki kawasan Puspemkab Tangerang dibangun tugu yang diberinama Tugu Tumenggung.
Sumber: Tangerangkab.go.id; merahputih.com
Seiring dengan pemekaran wilayah dengan terbentuknya pemerintah Kota Tangerang pada tanggal 27 Februari 1993 dan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993, maka pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang dipindah ke Tigaraksa. Pemindahan ibukota ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.
Untuk mengabadikan nama tiga tumenggung tersebut, tepat di pertigaan sebelum memasuki kawasan Puspemkab Tangerang dibangun tugu yang diberinama Tugu Tumenggung.
Sumber: Tangerangkab.go.id; merahputih.com
إرسال تعليق