Selamat malam, Tangerang Gemilang.
Entah surat ini kutunjukkan untuk siapa.
Boleh untuk tugu Tiga Aria yang bertahun-tahun tegak berdiri, boleh untuk masjid AlAmjad berserta kemegahannya yang dapat disaksikan dari jarak sekian, atau kepada gedung serbaguna tempat dulu aku diwisuda. Semuanya sama-sama aku cinta, semuanya memiliki tempat tersendiri dalam rongga dada.
Tangerang, beserta seluruh elemen yang ada di dalamnya adalah keping memori yang tak akan berubah jadi elegi. Aku memang bukan lahir di sini, tapi sejak kecil aku hidup dan menghabiskan waktu sebagai warga kabupaten ini.
Keping kenangan tentang Tangerang tiba-tiba seperti dirangkai ulang dalam ingatan. Tugu Tiga Aria yang setiap hari aku lewati saat berangkat sekolah. Enam tahun, semasa sekolah dasar adalah lambang kemegahan bagi seorang gadis kecil yang selalu mendongak dari atas motor ketika menatapnya. Dewasa ini, aku baru tahu bahwa tugu itu melambangkan tiga Aria sebagai tokoh sejarah pendiri Kabupaten Tangerang.
Dulu, selalu menyenangkan saat menatapnya. Motor ayahku kemudian berputar memutari tugu itu diikuti kepala kecil aku dan adikku yang tak melepas pandangan dari sang 3 Aria yang berdiri tegak, tak kenal panas, tak kenal hujan. Sekarang, kami tidak bisa lagi berputar langsung. Harus berjalan sedikit lebih jauh, kemudian berputar di depan kantor DPD PKS dan Pom Bensin.
Aku tiba-tiba rindu.
Sebab tidak akan terulang lagi kenangan itu.
Apa kabar, Tangerang tercinta?
Selamat bertambah usia.
Angka 389 melambangkan betapa lamanya engkau bertahan.
Tahun ini, arti logo hari jadimu begitu menyiratkan harapan. Harapan indah yang diidamkan kami sebagai warga Kabupaten Tangerang. Dan semoga dalam perjalanannya, harapan itu akan dikabulkan oleh Sang Maha Rahman.
Ada benteng yang berdiri di atas angka tiga, melambangkan kesehatan yang sedang diperjuangkan dalam kabupaten kita. Harapannya, dengan program vaksinasi, kita bisa membangun pertahanan untuk kembali sehat, meski masih hidup di tengah wabah pandemi yang enggan minggat.
Di atas angka delapan, ada ombak laut yang menggambarkan semangat untuk menggeliat melepaskan diri dari pandemi yang sudah hampir dua tahun ini memeluk kita. Betapa indah artinya, tersirat makna mendalam yang juga aku rapalkan dalam do’a-do’a di penghujung malam.
Terakhir adalah pita emas yang melambangkan pembangunan dalam harmoni. Kedepannya Tangerang akan semakin gilang gemilang.
Sekali lagi selamat bertambah hari jadi, aku ucapkan.
Ini hanya surat sederhana yang entah akan kuberikan kepada siapa. Besar harapanku agar banyak orang membacanya.
Agar kita semakin sadar untuk lebih mencintai tanah tempat kita bertahan hidup, mencari rezeki dan menuntut ilmu di bumi Ilahi.
Agar ke depannya kita tidak hanya omong kosong berkata bahwa mencintai dan siap berjuang untuk Ibu Pertiwi, sementara untuk Kabupaten tempat kita tinggal saja kita enggan mengabdi.
Padahal banyak hal yang bisa dilakukan untuk ikut membangun pelan-pelan.
Tidak membuang sampah sembarangan, misalnya.
Tertib berlalu lintas, contoh lainnya.
Atau kita bisa lebih membuka mata, di wilayah Tangerang tercinta, adakah keluarga yang membutuhkan uluran tangan kita?
Adakah anak tanpa orang tua yang kebingungan hendak meminta tolong pada siapa?
Maka di hari jadi ke 389 ini, mari sama-sama mengabdi.
Mari bersama membangun kabupaten yang kita cintai ini.
Selamat hari jadi, Kabupaten Tengerang.
Dariku,
Seorang gadis yang mendamba kesejahteraan.
Salma Rihadatul Aisyi
Tigaraksa, Oktober 2021
إرسال تعليق