Oleh: Aunur Rafiq Saleh
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendirii." (QS. ar-Ra'd: 11).
Perubahan dalam kehidupan umat harus dimulai dari perubahan jiwa (انفس), sebagaimana ditegaskan ayat di atas.
Bulan ramadhan menjadi kesempatan paling baik untuk membuat perubahan tersebut. Minimal karena tiga alasan:
1. Waktu Perubahan yang Panjang
Orang yang berpuasa berkomitmen selama tiga puluh hari tanpa putus menjauhi makan, minum dan syahwat, dan mengendalikan emosinya sehingga tidak melakukan perbuatan tercela seperti menyakiti dan menghina dan tidak pula membalas celaan dan hinaan.
Waktu sebulan sudah cukup untuk menciptakan perubahan yang diharapkan jika niatnya benar.
Menurut para psikolog, pembiasaan perilaku selama 6 sampai 12 hari secara terus menerus sudah cukup untuk menanamkan perbuatan tersebut di dalam jiwa dan mengubahnya menjadi perilaku.
Keberkahan waktu yang ada di bulan ramadhan dan dilemahkannya musuh dengan dibelenggunya setan menjadi dua faktor yang membantu perubahan itu lebih langgeng.
Musim perubahan di bulan ramadhan selama 30 hari terus menerus sama dengan rutin minum obat yang manjur untuk mendapat kesembuhan dan membersihkan dampak penyakit.
Ini salah satu bentuk Tarbiyah Rabbaniyah penuh berkah. Karena seseorang melaksanakan satu amal saja setiap hari, sekalipun sederhana, bisa memberikan banyak manfaat. Apalagi jika amal itu banyak atau satu paket amal?!
Dari sisi ini ramadhan merupakan salah satu bentuk sistem pendisiplinan bagi orang yang tidak biasa disiplin atau pun bagi orang yang sudah terbiasa disiplin. Ia mendapat pendidikan ini di bulan ramadhan dan mungkin tidak didapatkannya di luar ramadhan.
Bagaimana mungkin tidak berubah di bulan ini karena tidak ada kesempatan yang lebih mudah untuk berubah selain di bulan ini? Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi mau berubah?
Membiasakan amal saleh selama beberapa hari kemudian menghentikannya bisa melemahkan pengaruhnya bagi hati. Berbeda jika amal saleh itu dilakukan terus-menerus selama satu bulan. Karena itu, puasa ramadhan yang diwajibkan Allah kepada kita ini merupakan rahmat besar dan sangat bermanfaat bagi kita. Secara zahir merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan tetapi sebenarnya merupakan karunia dan nikmat.
Karena itu, setiap muslim yang menunaikan puasa dengan benar pasti merasakan pengaruh positifnya bagi hati bahkan telah mengalir di dalam hatinya hembusan rahmat dari langit. Pengaruh dan hembusan ini akan langgeng atau cepat menguap tergantung pada usaha seseorang dalam menjaganya. Jika dijaga dan dirawat terus menerus maka akan menciptakan perubahan besar dalam hidupnya. Jika dibiarkan terkikis berbagai kelalaian terus menerus maka perubahan yang diharapkan itu tidak akan pernah terwujudkan.
2. Berenang Mengikuti Arus
Di bulan ramadhan seseorang berpuasa bersama banyak orang. Pergi shalat tarawih beramai-ramai. Mengkhatamkan al-Quran bersama para pemburu ampunan. Karena itu, seseorang tidak merasa sendirian dalam melakukan ketaatan. Bahkan termotivasi dan hati merasa kuat untuk melakukan kebaikan, sekalipun asalnya malas dan enggan.
Dorongan dan motivasi ini tidak didapatkan di luar ramadhan. Kapan masjid bisa penuh seperti di bulan ramadhan? Kapan orang-orang berlomba-lomba membaca al-Quran seperti yang mereka lakukan di bulan ramadhan? Kapan orang-orang bisa menjadi sangat dermawan dan sangat peduli kepada fakir miskin sebagaimana di bulan penuh berkah ini?
3. Perubahan yang meliputi banyak aspek
Perubahan ini meliputi banyak aspek: kebiasaan, ibadah, hati, hubungan sosial dan keyakinan.
Bahkan perubahan ini sangat mendasar dan mendalam, tidak hanya pada tataran luar saja tetapi membuahkan hasil; tidak hanya pada tampilan tetapi sampai pada esensi.
Ramadhan adalah momentum sangat baik dan tepat untuk memulai perubahan besar dalam kehidupan ini.
Selama sebulan telah terbangun landasan yang benar bagi semua bangunan amal, yaitu keikhlasan. Hampir tidak ada celah untuk tidak ikhlas dalam berpuasa karena semua orang di sekitar juga berpuasa.
Selama ramadhan kita merasakan nikmatnya beribadah, khususnya bagi spiritual kita bahkan fisik pun terasa sehat dan ringan. Ini bisa dijadikan landasan membangun kesadaran dan semangat di hari-hari berikutnya bahwa ibadah itu kebutuhan dan sangat bermanfaat bahkan menyenangkan bagi kehidupan kita. Bukan beban yang memberatkan.
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
"Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu." (QS. al-Baqarah: 185)
Selama satu bulan, egoisme dan individualisme terkikis hingga kita bisa menikmati kebersamaan dan berbagi dengan orang lain. Pengalaman ini seharusnya bisa membangkitkan tekad kuat untuk membuang segala bentuk ananiyah yang selama ini mengkerdilkan dan mengucilkan diri di dalam ruang individualisme yang pengap. Menuju kehidupan sosial dan kepedulian yang menyenangkan dan menyehatkan lahir batin.
Selama satu bulan hidup dengan hati dan batin yang jernih, tidak dikeruhkan oleh dendam, dengki, kebencian dan amarah hingga hidup terasa nyaman, dada terasa lapang, jiwa tentram dan udara kehidupan terasa sangat segar. Seharusnya pengalaman ini dijadikan "data primer" untuk mengolah dan mengelola hati lebih sehat, lebih jernih dan lebih nyaman lagi, bagi diri dan orang lain.
Berbagai buah ibadah ramadhan bisa dijadikan titik tolak memulai revolusi perubahan karena semuanya itu berbasis taghyir nafsi (perubahan jiwa atau mental) dan tarbiyah nafsiyah sebagaimana yang dipersyaratkan al-Quran.
إرسال تعليق