PKS Kabupaten Tangerang
Kabtangerang.pks.id - Hari-hari ini, berita di media massa didominasi dengan kabar seputar arus mudik dan kemacetan panjang. Bahkan di tol Brebes, terjadi kemacetan panjang hingga 23 Km. Semua ingin kembali ke kampung halamannya. Sejenak mari kita merenung kejadian di padang mahsyar. Saat semua manusia berupaya kembali ke kampung halamannya, di surga. Apa dan bagaimana kejadiannya?

Pertama, Arus Besar Manusia
Fenomena macet total saat mudik belum ada apa - apanya bila dibandingkan dengan fenomena macet di padang mahsyar. Karena saat itu, seluruh manusia sejak Nabi Adam hingga kaum akhir zaman dibangkitkan. Jika saat mudik kita bisa duduk manis didalam kendaraan, maka dipadang mahsyar kita harus berdiri berpanas ria tanpa pakaian. Hari itu, manusia benar - benar sedang berdiri dihadapan Allah. “Yauma yakuumun naasu li Rabbil ‘aalamiin”.

Jika saat mengalami macet berjam - jam saja sudah membuat kita gelisah, maka kegelisahan sangat dahsyat terjadi dipadang mahsyar. Akhirnya, manusia mencari pertolongan dengan meminta syafa‘at kepada nabi - nabi pilihan, tapi hanya Nabi Muhammad saw yang berkenan mengabulkan. Nabi Muhammad saw adalah orang yang pertama kali diberi ijin memberikan syafa’at. Dalil ini juga sering dijadikan dasar untuk bertawasul kepada Nabi Muhammad saw meskipun beliau sudah meninggal. Karena haditsnya dengan jelas menggambarkan bahwa saat itu tidak ada manusia yang langsung berdoa mohon pertolongan kepada Allah, tapi bertawasul melalui nabi Muhammad saw.

Kedua, Check Point
Agar kendaraan bisa melaju, maka kita harus melalui pintu tol dan membayar bea tol. Setiap kali melewati pintu tol, kita bayar lagi bea tol agar bisa melaju. Agar kita bisa melanjutkan perjalanan menuju surga, maka kita harus melewati pintu hisab. Kita menyerahkan kitab amal, dihisab dan ditimbang. Jika dosanya banyak, maka harus dipikul saat berjalan meniti sirathal mustaqim. Betapa beratnya meniti sirathal mustaqim, karena kita harus memikul dosa sedangkan diatasnya ada banyak kait yang harus kita hindari. Padahal di dunia, kita berjalan meniti diatas seutas tali yang besar tanpa membawa beban saja sering terjatuh.

Perkara yang dihisab tentu saja amal, khususnya setelah usia akil baligh. Tapi atas perkara yang ditimbang, memang ada perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang ditimbang adalah amalnya, pendapat lain adalah kitab catatan amalnya dan adapula yang berpendapat bahwa yang ditimbang adalah pelakunya. Semua memang ada dalilnya. Jika kita ingin menggabungkan pendapat, mungkin memang ketiganya ikut ditimbang, yakni amalnya, kitab catatan amalnya dan pelakunya.

Ketiga, Beratnya Hisab
Menghadapi penjaga tol urusannya gampang. Tinggal membayar karcis, maka kendaraan bisa melaju. Menghadap Allah dihari perhitungan, urusannya rumit. Kaki kita tidak akan melangkah kemana - mana sebelum ditanyakan tentang berbagai perkara penting sepanjang hidup kita. Akan ditanyakan kepada kita tentang amal, ilmu, umur, harta, kenikmatan, masa muda dll. Termasuk akan ditanyakan berbagai perkara yang berkaitan dengan hati. Ada pula pemandangan seputar perdebatan di akherat, mulai debat antara kaum dengan nabinya hingga debat antara seseorang dengan anggota tubuhnya sendiri.

Dengan pemeriksaan seketat itu, kita bisa membayangkan betapa lama waktu menunggu dipadang mahsyar. Pemeriksaan satu orang saja bisa sangat lama waktunya. Padahal disana tidak ada pohon untuk bernaung, tidak ada yang jualan es, tidak ada pengamen yang menghibur sedang matahari didekatkan diatas ubun - ubun. Disaat seperti itu, orang yang ahli puasa mendapatkan kenikmatan, yakni diberi makan dan minum sambil menunggu antrian hisab. Dan diantara keistimewaan umat Islam adalah mendapatkan antrian pertama meskipun didunia terlahir sebagai umat terakhir (umat akhir zaman).

Bukankah ada golongan umat islam yang masuk surga tanpa hisab? Betul, mereka akan melewati pintu hisab by pass. Langsung dipersilahkan berjalan meniti sirathal mustaqim secepat kilat. Bukankah orang kafir amalnya tertolak? Berarti sudah pasti akan masuk neraka. Lalu masihkah mereka akan menghadapi hisab? Kami cenderung mengikuti pendapat bahwa mereka akan tetap dihisab, meski hasil akhirnya sudah jelas dineraka. Disinilah Allah menunjukan keadilan-Nya, bahwa penyebab mereka masuk neraka karena amal perbuatannya sendiri. 

Hal ini bisa dikiaskan dengan kita sendiri, dimana untuk memberi hadiah kepada seseorang kadang dia tidak harus berjasa kepada kita. Tapi untuk untuk menghukumnya, kita harus menjelaskan letak kesalahannya. Inilah wujud sikap adil, jika tidak demikian namanya zhalim. Menghukum seseorang tanpa tahu apa letak kesalahannya adalah salah satu ciri perbuatan orang / pemimpin zhalim.

Khatimah
Jika dalam perjalanan mudik kita menghadapi macet berjam - jam dan antrian kendaraan mengular berkilo - kilo meter, tidak perlu bersusah hati berlebihan. Tetaplah bersikap positif sambil merenungkan situasi yang sama kelak dipadang mahsyar. Didunia kita antri mudik dalam kondisi lapar dan haus karena berpuasa, insya Allah di akherat kita akan antri hisab dalam kondisi diberi makanan dan minuman dari Allah. Wallahu a’lam.

Eko Jun

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama