PKSTangerang.com - Lima hal yang disampaikan Presiden PKS, Mohamad Sohibul, kepada pemuda melalui akun twitternya @msi_sohibuliman begitu berbobot. Poin-poin itu ia sampaikan juga pada Seminar Nasional dan Peluncuran Sekolah Konstitusi Fraksi PKS, bertepatan di hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2015.
Poin-poin itu antara lain academic excellent, scientific discourse capability, networking, socio political engagement, dan religious activity.
Sohibul Iman memberi penjelasan singkat mengenai academic excellent: “Seorang aktivis, kompetensi keilmuannya harus excellent. IPK Jangan diremehkan.”
Bayangan kesuksesan Bill Gates, Steve Jobs, atau Mark Zuckerberg membenak di kalangan pemuda. Mereka bukan ilmuwan, tetapi justru konglomerat yang pernah mengalami kegagalan akademik. Mereka menjadi inspirasi akan totalitas. Demi menekuni sesuatu, rela mengenyampingkan pendidikan hingga berujung kesuksesan dan ketenaran.
Cerita mereka benar adanya, namun menjadi populer karena kisah yang anti mainstream. Umumnya, kesuksesan justru berbanding lurus dengan prestasi akademik. Cerita orang seperti mereka adalah minoritas, yang tidak semua orang yang terputus akademiknya mampu sebersinar mereka.
Justru nama seperti Dr Eng. Khairul Anwar, anak bangsa penemu teknologi 4G yang harusnya menjadi panutan utama pemuda. Ia berhasil menciptakan teknologi yang dipakai oleh berbagai perusahaan teknologi besar dunia karena ditunjang oleh kesungguhan menempuh pendidikan. Begitu juga Dr Warsito Purwo Taruno yang menciptakan alat pembasmi sel kanker. Penemuannya tak kalah berguna bagi umat manusia. Dan ia bisa sampai pada kesuksesan seperti itu ditunjang oleh akademik yang baik.
Ada lebih banyak lagi nama orang-orang yang sukses karena prestasi akademiknya.
Tentang scientific discourse capability, Sohibul Iman menjelaskan: “Berlatih diskusi dan berdebat ilmiah penting untuk menguji dan menyampaikan gagasannya secara ilmiah.”
Yang terjadi saat ini anak muda di Indonesia memanfaatkan sarana internet dan media sosial untuk berdebat mengenai hal yang tidak ada gunanya. Perdebatan yang berlangsung menggunakan kata-kata yang tidak baik, bahkan malah berupa caci maki, alih-alih menggunakan referensi data dan fakta yang diolah dengan ilmiah.
Media sosial telah menjadi sarana caci maki, menggosip, menghujat, memfitnah, dan tidak dimanfaatkan dengan baik untuk berdiskusi hal yang ilmiah untuk meningkatkan kapasitas.
Poin kedua yang disampaikan Sohibul Iman harus menjadi refleksi bagi anak muda Indonesia.
Poin yang ke-3 adalah networking. Dijelaskannya yaitu, “Jaringan yang luas. Mulai segera saat mahasiswa, jangan tunggu lulus. Mulai dengan kakak tingkatnya walau sekedar tanya kabar.”
Membangun networking yang baik berarti membangun juga personal branding. Makin luas dikenal orang, dan semakin dipahami kapasitas dan kapabilitasnya. Networking dibangun bukan saat memutuskan menjadi pengusaha, atau ketika butuh memasukkan lamaran kerja. Saat itu sudah sedikit telat.
Membangun networking sejalan dengan perintah Rasulullah untuk menjalin silaturahim. Fadhilahnya adalah keluasan rezeki.
Tentang socio political engagement, yang dijelaskan oleh Sohibul Iman adalah: “Pemuda harus terlibat kegiatan sosial dan politik. Mulai dari lingkungan yang paling kecil. Pemuda harus tahu persoalan sosial politik. Jangan acuh tak acuh. Mahasiswa harus merasakan demo sesekali.”
Konon, Berthold Brech, seorang penyair dan dramawan Jerman, mengatakan bahwa buta terburuk adalah buta politik. Karena sesungguhnya dari politik semua urusan kehidupan diatur. Dari harga tepung hingga harga obat. Orang yang benci potik, menurut Berthold, berpotensi menyebabkan pelacuran hingga korupsi besar.
Negara ini diberi nikmat berupa pemuda-pemuda yang tidak buta politik hingga kemerdekaan bisa diwujudkan. Mereka mengejar prestasi akademik hingga ke negeri penjajah, membangun diskusi ilmiah mencari cara mewujudkan negeri yang merdeka, dan membangun networking dengan sesama pemuda di berbagai daerah. Empat dasar itu yang mewujudkan sumpah pemuda.
Maka itu, sangat disayangkan bila pemuda zaman sekarang buta politik. Sumpah pemuda yang mengubah nasib bangsa tak diteruskan perjuangannya.
Dan terakhir, Sohibul Iman menyebut poin ini sebagai modal moralitas. Yaitu religious activity.
Agama memberikan keteraturan dan ketenangan hidup. Agama menjadi sumber nilai yang membangun integritas seseorang. Tujuan hidup manusia sendiri adalah beribadah kepada Tuhan, dan agama memberi jalan tercapainya tujuan itu.
Sejatinya Islam merangkum ke empat poin sebelumnya. Islam menyuruh ummatnya menuntut ilmu (academic excelent). Islam mengajarkan untuk membangun diskusi dengan baik (wajadilhum billati hiya ahsan, QS An Nahl 125). Islam menyuruh ummatnya membangun silaturahim (HR Bukhori: barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka bersilaturahimlah). Dan Rasulullah saw beserta para sahabat membentangkan kisah keteladanan dalam kepemimpinan dan mengatur urusan umat manusia.
Poin yang disampaikan Sohibul Iman kepada pemuda tadi adalah jabaran kepribadian yang paripurna. Menjadi ilmuwan, berwawasan, populer, idealis, dan agamis.
Zico Alviandri
Sumber: AyoLebihBaik.com
Posting Komentar