PKS Kabupaten Tangerang
Ilustrasi (foto: Film Exodus)
Oleh Anis Matta

Tongkat itu seketika menjadi ular raksasa. Para penyihir Fir’aun terperangah. Fir’aun dan rakyat Mesir yang menyaksikan pertarunga itu terkesiap. Tapi semua hanya berlangsung sesaat, karena ular-ular mereka seketika ditelan habis oleh ular raksasa Musa. Dan panggung pun jadi gundah. Para penyihir itu takluk. Lalu bersujud dan menyatakan ikrar iman kepada Tuhan yang disembah Musa. Namun pertarungan tak selesai di situ.

Fir’aun terus mengejar Musa. Kisah itu pun berkembag menjadi sebuah drama paling kolosal sepanjang sejarah manusia. Puncaknya adalah pengejaran fisik terhadap Musa bersama seluruh pengikutnya. Dalam situasi terpojok seperti itu seharusnya Musa berlari ke gunung seperti yang kita baca dalam ilmu strategi perang. Tapi Musa justru berlari ke tepi laut. Berita itu membuat Fir’aun tersenyum penuh kemenangan. Seperti yakin bahwa riwayat Musa akan berakhir di situ. Namun justru riwayat Fir’aunlah yang berakhir di situ.

Sebab tongkat Musa sekali lagi bekerja dengan cara lain. Tongkat itu membelah laut merah yang kemudian memberi jalan bagi mereka berlari dari kejaran tentara Fir’aun. Dan Fir’aun tidak juga menyadari kalau itu adalah jebakan terakhir yang akan menutup riwayat keangkuhan dan kerajaannya. Begitulah Fir’aun menyeberangi laut yang seketika tertutup kembali setelah sebelumnya dibelah oleh tongkat Musa.

Tongkat Musa bukanlah simbol pengetahuan. Itu adalah simbol dari apa yang oleh para ahli strategi sekarang disebut sebagai hard power. Itu merupakan tools yang digunakan untuk mengajar, bukan terutama untuk menghancurkan. Karena nabi-nabi itu seluruhnya diturunkan untuk satu misi: mengajar manusia. Cara manusia belajarlah yang membedakan tools yang tepat yang digunakan untuk mengajar mereka.

Dalam situasi Fir’aun dan zamannya, hanya hard power yang bisa menundukkan dan menaklukkan mereka, serta menyadarkan mereka bahwa di atas kebesaran mereka ada yang jauh lebih Maha Besar. Itu cara belajar yang primitive karena sepenuhnya bertumpu pada dimensi visual, dan relatif mengabaikan semua dimensi penalaran. Di sini nasihat tidak berpengaruh. Kebenaran berpengaruh hanya ketika ia menang dalam pertarungan fisik.

Hard power itu, di zaman kita, adalah kuasa teknologi yang sebagiannya menjelma pada mesin perang modern. Jika tongkat Musa adalah symbol hard power, maka keunggulan itu berasal dari mukjizat Allah yang diwahyukan kepada Musa. Itu pengetahuan di atas pengetahuan zamannya, persis seperti Nuh yang diwahyukan membuat perahu untuk mengantisipasi banjir.

Sumber: Serial Pembelajar Majalah Tarbawi

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama