Ilustrasi (pexels.com) |
Oleh: Cahyadi Takariawan
"Ada jiwa-jiwa yang sudah pergi, karena sunnatullah", ungkap ustadz Aunur Rofiq Saleh Tamhid dalam acara Indonesia Membina di Monumen Diponegoro Yogyakarta (20/05/2024).
Beliau mengutip pernyataan Syaikh Said Hawa, untuk menjelaskan mengapa harus ada pembinaan.
"Ada pembina-pembina handal, yang produktif melakukan pembinaan, namun sudah pergi. Sudah tidak lagi bersama kita", lanjut beliau.
Dalam lintasan sejarah pembinaan; para pembina handal sudah banyak yang pergi, menghadap Allah Ta'ala. Misalnya ustadz Hilmi Aminuddin, ustadz Rahmat Abdullah, ustadz Mutammimul Ula, ustadz Zuber Syafawi, ustadz Cholid Mahmud, dan banyak lagi yang lainnya.
"Fenomena ini telah menjadi kekhawatiran Nabi Ya'qub sebelum wafat," sambung ustadz Aunur Rofiq.
Nabi Ya'qub bertanya kepada anaknya, "Ma ta'buduna min ba'di. Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku nanti?"
"Jika kita menjadi pewaris para Nabi, hendaknya kita juga khawatir akan hal ini", lanjut ustadz Aunur Rofiq.
"Jangan-jangan tidak ada generasi yang sanggup meneruskan memikul tanggung jawab dakwah setelah generasi sebelumnya pergi. Inilah yang harus dikhawatirkan", tambah beliau.
"Fenomena dinosaurus" tidak boleh terjadi dalam dunia dakwah. Bahwa gerakan dakwah terabadikan dalam lembar-lembar cerita dan catatan yang harum semerbak. Tetapi sudah tidak ada wujudnya. Punah, karena tidak ada pembinaan.
Itulah salah satu alasan mengapa harus terus membina. Karena sunnatullah selalu menghendaki adanya nufusun dzahibatun.
Jiwa-jiwa yang pergi hendaknya meninggalkan generasi pelanjut dakwah yang kuat. Jangan sampai meninggalkan generasi dakwah yang lemah.
إرسال تعليق