Ilustrasi |
PKSTangerang.com - Dakwah adalah sebuah perjalanan panjang yang takkan pernah sepi dari rintangan dan cobaan. Rintangan dan cobaan dalam berjuang di jalan dakwah adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Ia pasti akan menghampiri para dai, jangan pernah berhenti, karena para nabi dan pengikutnya tak pernah berhenti ataupun melemah karena rintangan dan cobaan.
Karena itu, para dai dituntut untuk selalu membekali diri dengan menjaga kualitas ruhiyah agar tetap tsabat dalam berdakwah. Ahmad Muarif dalam bukunya ’Keajaiban Shalat Tahajud’ menyatakan, bila ditelusuri, salah satu faktor keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah kekuatan ruhiyah yang tak pernah lepas dari keterikatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Kedekatan dan keterikatan kepada Allah SWT secara nyata dibangun oleh Rasulullah SAW lewat ibadah, terutama ibadah spesial yang diyakini mengandung kekuatan luar biasa bagi yang melaksanakannya. Ibadah itu dikenal dengan shalat Tahajud.
Ternyata, jejak langkah Rasulullah SAW yang demikian itu tak hanya diikuti oleh para sahabat dan pengikut di masanya. Sejarah mencatat para ulama, para dai, shalafusshaleh merupakan orang-orang yang tak lepas pula dari mencontoh Rasulullah SAW dalam melaksanakan Tahajud.
Rasulullah SAW bersabda, ”Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (Tahajud), karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, juga menjadi sarana pendekatan diri kepada Rabb kalian, menghapuskan kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.” (HR Tirmidzi).
Rasulullah SAW –Sang Dai Agung– tidak pernah melewatkan malam-malamnya tanpa ber-Tahajud, bahkan kaki beliau sampai bengkak-bengkak, saking lamanya beliau berdiri Tahajud. Yang pasti, Tahajud menjadi sumber energi keimanan bagi para penyeru dakwah (dai).
Selain itu, Tahajud juga dapat mendorong para dai meningkatkan produktifitas kinerja dakwah. Rasulullah SAW bersabda, ”Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata: ”Malam masih panjang, maka tidurlah”, jika orang tadi bangun lalu berdzikir kepada Allah SWT, maka terlepas satu ikatan, jika dia berwudhu, maka terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika dia melaksanakan shalat, maka terlepas semua ikatannya. Pada akhirnya dia akan menjadi segar dengan jiwa yang bersih, jika tidak, maka dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR Bukhari).
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengawal kemenangan dakwah, tidak ada kata lain kecuali terus bergerak dan bergerak, menyebar dan menyebar ke tengah-tengah masyarakat. Selain itu, sebagai pengokohan energi keimanan, pengokohan soliditas kader, menjaga produktivitas kinerja dakwah, dan mengharap pertolongan Allah SWT, maka tidak ada kata lain kecuali bangun dan bangun mendirikan shalat Tahajud dan raih hasilnya. Wallahu a’lam.
Karena itu, para dai dituntut untuk selalu membekali diri dengan menjaga kualitas ruhiyah agar tetap tsabat dalam berdakwah. Ahmad Muarif dalam bukunya ’Keajaiban Shalat Tahajud’ menyatakan, bila ditelusuri, salah satu faktor keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah kekuatan ruhiyah yang tak pernah lepas dari keterikatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Kedekatan dan keterikatan kepada Allah SWT secara nyata dibangun oleh Rasulullah SAW lewat ibadah, terutama ibadah spesial yang diyakini mengandung kekuatan luar biasa bagi yang melaksanakannya. Ibadah itu dikenal dengan shalat Tahajud.
Ternyata, jejak langkah Rasulullah SAW yang demikian itu tak hanya diikuti oleh para sahabat dan pengikut di masanya. Sejarah mencatat para ulama, para dai, shalafusshaleh merupakan orang-orang yang tak lepas pula dari mencontoh Rasulullah SAW dalam melaksanakan Tahajud.
Rasulullah SAW bersabda, ”Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (Tahajud), karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, juga menjadi sarana pendekatan diri kepada Rabb kalian, menghapuskan kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.” (HR Tirmidzi).
Rasulullah SAW –Sang Dai Agung– tidak pernah melewatkan malam-malamnya tanpa ber-Tahajud, bahkan kaki beliau sampai bengkak-bengkak, saking lamanya beliau berdiri Tahajud. Yang pasti, Tahajud menjadi sumber energi keimanan bagi para penyeru dakwah (dai).
Selain itu, Tahajud juga dapat mendorong para dai meningkatkan produktifitas kinerja dakwah. Rasulullah SAW bersabda, ”Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata: ”Malam masih panjang, maka tidurlah”, jika orang tadi bangun lalu berdzikir kepada Allah SWT, maka terlepas satu ikatan, jika dia berwudhu, maka terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika dia melaksanakan shalat, maka terlepas semua ikatannya. Pada akhirnya dia akan menjadi segar dengan jiwa yang bersih, jika tidak, maka dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR Bukhari).
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengawal kemenangan dakwah, tidak ada kata lain kecuali terus bergerak dan bergerak, menyebar dan menyebar ke tengah-tengah masyarakat. Selain itu, sebagai pengokohan energi keimanan, pengokohan soliditas kader, menjaga produktivitas kinerja dakwah, dan mengharap pertolongan Allah SWT, maka tidak ada kata lain kecuali bangun dan bangun mendirikan shalat Tahajud dan raih hasilnya. Wallahu a’lam.
H. Imam Nur Suharno M.Pd.I
Sumber: al-intima.com
Posting Komentar