PKS Kabupaten Tangerang
Kabtangerang.pks.id - Bulan ramadhan menjadi ajang peningkatan amal bagi siapa saja, tidak terkecuali untuk para aktivis dakwah seperti para dai dan mubaligh. Bagaimana potret peningkatan amal mereka?

Pertama, Amaliah Pribadi
Para dai dan mubaligh tentu lebih paham tentang fadhilah dan keutamaan bulan ramadhan ketimbang kaumnya. Mereka terbiasa menyampaikannya di berbagai mimbar dakwah, baik di qultum tarawih dan subuh, pengajian buka puasa, tabligh akbar dll.

Sangat tidak wajar jika dimimbar dakwah memotivasi umat untuk beramal, sedang mereka sendiri malah tidak melakukannya. Baik karena terhalang dalam kesibukan ataupun tenggelam dengan urusan yang kurang bermanfaat. Bahaya, karena bisa kena pasal “Kabura maqtan ‘indallaahi antaquuluu maa laa taf’aluun”. Terlebih, itu juga menyalahi kaidah dakwah yang sangat asasi, yakni “Al qudwah qabla da’wah”.

Karena itu, para dai dan mubaligh juga menyibukkan diri dengan berbagai amalan, melebihi target yang diberikan kepada ummatnya. Karena sinar para dai harus lebih terang ketimbang sinar pihak lain. Jika kita memotivasi umat agar khatham tadarus Al Qur’an sebanyak dua kali, maka sebagai dai kita harus khatham 3 atau 4 kali. Kadarnya tentu saja harus lebih tinggi. Hal yang sama juga berlaku untuk jenis ibadah yang lainnya.

Kedua, Kesibukan Berdakwah
Selain beramal dengan kadar dan bobot yang lebih tinggi dari kaumnya, para dai dan mubaligh juga mengalami peningkatan gerak dan manuver dakwah yang luar biasa selama bulan ramadhan. Hal ini terjadi pada semua tingkatan. Para dai yang sudah kesohor biasanya akan dikontrak untuk melakukan safari dakwah ke berbagai macam tempat. Otomatis, dai yang berstatus badal atau dai pilihan kedua akan naik kelas menjadi rebutan banyak masjid dan majelis dilingkungannya.

Demi memenuhi semua permintaan, maka jadwal qultum tarawih dan subuh dibagi rata sehingga cakupannya luas. Maksudnya, masjid / musholla yang tidak kebagian jatah qultum tarawih akan diberi porsi qultum subuh. Belum ditambah pesantren kilat, pengajian buka puasa dll.

Karena jadwalnya padat, maka para dai dan mubaligh akan mereview lagi berbagai macam kitabnya, dari kitab tafsir, kitab hadits, kitab fikih dll. Terlebih bagi para dai dan mubaligh yang ratingnya tinggi, pasti inginnya seperti Ali bin Abu Thalib ra. Dimana ia mampu memberikan jawaban yang berbeda, kepada orang yang berbeda, meski pertanyaannya sama, perihal “lebih baik mana antara ilmu dengan harta”.

Sangat mungkin ada beberapa jama’ah yang tertarik dan ingin terus mengikuti ceramahnya dibeberapa masjid yang berbeda. Sehingga dia harus menyiapkan 30 materi cemarah selama ramadhan, bukan sekedar 4 materi ceramah yang disampaikan berulang – ulang dan baru ganti setiap pekannya. Dengan fenomena ni, para dai dan mubaligh juga mengalami peningkatan interaksi dengan turats.

Ketiga, Menjaga Umat
Selain menyuburkan tanah dan memberi pupuk, para petani juga harus menjaga tanamannya dari serangan hama yang merusak. Demikian pula dengan para dai dan mubaligh. Selain membina dan mendampingi umat untuk beramal shaleh, dia juga harus membentengi jama’ahnya dari berbagai macam perkara yang merusak.

Meskipun ramadhan dimaklumi sebagai bulan suci, namun adasaja pihak yang senang membuat onar dan menimbulkan keresahan. Baik dalam tindakan, kebijakan maupun wacana. Ini juga harus menjadi konsen para dai dan mubaligh, agar para jama’ahnya tidak latah ikut arus dengan berbagai macam perang wacana dan diskursus yang menyimpang, khususnya dari jenis pemberitaan yang tendensius, manipulatif dan penuh kepentingan.

Mau tidak mau, para dai dan mubaligh akhirnya harus melakukan jihad bil lisan dan bil qalam sekaligus. Yakni dengan menjelaskan hakekatnya, memahamkan duduk perkaranya, meluruskan perspektifnya, menerangkan persoalannya. Semua dilakukan dengan penjelasan yang baik dan hujjah yang kuat.

Khatimah
Alhasil, bulan ramadhan benar – benar berubah menjadi puncak amal bagi para aktivis dakwah, terutama para dai dan mubaligh. Mereka sibuk beramal, sibuk berdakwah dan sibuk membentengi umat. Padahal disisi lain, mereka juga berkewajiban untuk menanggung dan menafkahi keluarganya. Masya Allah, salut untuk antum semua.

Eko Jun

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama