PKS Kabupaten Tangerang

JAKARTA — Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis bangsa dalam menghadapi segala acaman dan gangguan dari dalam maupun luar yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Demikian disampaikan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Letjend (purn) Agus Widjojo dalam Kursus Singkat Ketahanan Nasional Fraksi PKS DPR RI, Sabtu, (22/02/2020).

“Ketahanan Nasional ini bisa dianalogikan seperti karet, jika ditarik dia akan kembali ke bentuk semula. Asal tidak terlalu keras menariknya maka akan aman semua. Begitupun juga dengan bangsa Indonesia”, tegas Agus Widjojo.

Sejauh ini, kata Agus, ada lima Aspek Ketahanan Nasional yakni ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan.

“Untuk mencapai ketahanan nasional dalam 1 aspek itu setengah mati. Misalnya sosial budaya itu tidak mudah. Sehingga untuk mencapai ketahanan nasional yang baik, maka harus mencapai aspek-aspek terlebih dahulu,” pungkasnya.

Selanjutnya Agus menambahkan terkait tantangan Ketahanan Nasional di Era digital, bangsa kita saat ini mengalami perubahan.

“Kita sedang menyaksikan bagaimana revolusi teknologi mengubah secara fundamental seluruh segi kehidupan masyarakat. mulai dari cara kita hidup, bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. demikian pula dengan institusi-institusi sosial-ekonomi-politik yang mengatur kehidupan masyarakat”, terang Agus Widjojo.

Gubernur Lemhanas juga menjelaskan bahwa Post Truth ini memiliki pengertian semakin mudahnya penyebaran informasi untuk kepentingan komersialisasi, tanpa memperhitungkan dampaknya bagi masyarakat.

“Post truth diidentikkan dengan hoax, masyarakat cenderung memilih informasi yang disukai, bukan yang benar. Masyarakat lebih mudah terpolarisasi karena informasi semakin terbelah, mereka mencari apa yang mereka inginkan,” paparnya.

Dalam penutupnya Gubernur Lemhanas menyampaikan bahwa kita perlu waspada terhadap resiko post truth, dimana manusia menjadi irrasional dan terbelah, Apa yang kita percayai akan menjadi komitmen dan menjadi penggerak.

“Resiko ini membuat masyarakat sulit membedakan berita yang benar dan tidak; etika politik menjadi semakin terabaikan karena menghasilkan keuntungan; risiko sosial tumbuhnya ego kelompok dan ketidakpercayaan terhadap fakta,” tutup Agus Widjojo.

Sumber: fraksi.pks.id

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama