PKS Kabupaten Tangerang
Hari jadi kabupaten Tangerang ke-389 yang diperingati setiap tanggal 13 Oktober. Kita dan saya harus berbangga terlahir dari tempat ini. Bukan hanya tempat singgah untuk kemudian sungguh tinggal di sini. Tinggal di bagian terdekat dengan pusat pemerintahan kabupaten Tangerang maupun di tempat yang jauh dari pusat pemerintahan. Di bagian pesisir pantai maupun tempat terdalam hutan. Kita adalah rakyatnya pak Bupati yang harusnya mendapatkan jaminan yang sama sebagai warga kabupaten Tangerang.

Hari jadi kabupaten Tangerang yang sudah tiga digit angka ini menjadikan kita sebagai warga Tangerang harus lebih bersyukur dan melihat potensi di daerah kita sendiri. Membanggakan wilayah sendiri itu memang tidak wajib tetapi menjadi keharusan bagi kita karena sama saja seperti menjaga nama baik keluarga sendiri. Banyak orang-orang yang tumbuh besar, berkembang di tanah kelahirannya sendiri. Banyak juga yang pergi meninggalkan daerah ini untuk menuntut ilmu yang kemudian mereka kembali untuk membangun wilayah ini. Meskipun cara mereka membangun wilayahnya bukan dengan mereka duduk di pemerintahan langsung. Mereka punya cara sendiri untuk membahagiakan diri dan orang lain untuk membangun kabupaten Tangerang.

Media sosial menjadi ajang start syndrome para kaula muda untuk memperkenalkan daerahnya. Bukan untuk pengakuan terhadap diri sendiri, tetapi pengakuan supaya wilayahnya itu dianggap ada, menarik, dan unik. Orang bisa tahu letaknya berada di bagian mana. Kabupaten bukan hanya soal pembangunan mall, rumah sakit atau yang lainnya yang letaknya dekat dengan kota. Bagaimana kita yang tinggal di pesisir? Yang setiap ditanya di mana rumahnya, selalu identik dengan pantai yang coklat. 

Saya adalah anak pribumi yang lahir di daerah Jatiwaringin, Mauk, Kabupaten Tangerang yang pernah mencari ilmu di kota orang. Lima tahun lamanya beradaptasi dengan lingkungan yang baru, yang berbeda kebudayaan dan bahasa. Ketika ditanya di mana tempat tinggalnya saya jawab saja Tangerang. Mereka hanya akan tahu Tangerang itu adalah dekat Jakarta, Kota, Bintaro, BSD, atau pantai pantura yang airnya keruh bak kopi susu.

Setiap nasi yang sudah menjadi bubur sebenarnya masih bisa dijual dan dinikmati dengan harga berapapun yang penting tetap menghasilkan uang. Demikian juga dengan kondisi-kondisi yang ada di daerah kita. Coba kita lihat satu persatu bagaimana cara saya meyakinkan diri saya bahwa kembali lagi ke daerah tempat saya dilahirkan adalah salah satu keputusan yang benar.




12 Januari 2020, tempat yang sering saya kunjungi adalah pantai Tanjung kait. Walau pesonanya hanya matahari yang tebenam dari barat dan bibir pantai yang airnya sudah semakin menaik. Tempat ini dulunya sebelum dijadikan tempat wisata dan diberi nama (tapi saya lupa ini apa namanya) mejadi hidden gem bagi saya dan teman-teman saya. Melihat pertumbuhan mangrove yang semakin banyak, melihat warga sekitar senang air surut karena bisa mengambil kerang yang ada menjadi healing tersendiri.




2 Oktober 2021, Potret ini saya ambil di atas jembatan. Sering sekali ke tempat ini padahal hanya melihat perahu berjejer rapi siap berangkat berlayar atau melihat para nelayan yang sedang membenarkan jaring, kemudian makan tahu bulat atau hanya sekadar membuka obrolan ringan dengan suami.



20 Januari 2020, indahnya pesisir pantai, ketika pantai mulai surut dan matahari terbenam perlaham. Benar memang, orang bijak pernah bilang, membahagiakan itu versinya banyak, tidak harus yang jauh dan mahal. Potret ini pernah direpost oleh salah satu akun wisata Tangerang.




1 Mei 2020. Selain punya pantai, kita juga punya gunung loh. Saya tidak tahu harus berbangga hati atau sedih melihat ini. Karena ini jelas adalah salah satu bagian dari kita, meskipun sampahnya memang bukan hanya milik daerah kita. Kita hanya memindahkan sampah dari dapur ke sini. Hilang di rumah tapi berdiam di sini. Kita ambil positifnya saja, adanya gunung sampah ini ada juga sumber penghasilan bagi warga sekitar. Entah dalam bentuk apapun pekerjaannya.


3 Januari 2021. Ini adalah black river, salah satu program pemerintah kabupaten Tangerang. Setiap minggu saya suka berolahraga ke tempat ini dan melewatinya. Konsep ini dibuat supaya sampah tidak langsung bermuara kelautan dan menimbulkan sampah banyak di laut. Tapi sepertinya konsepnya perlu dimatangkan lagi karena debit air ketika hujan turun air sungai meluap sehingga jembatan ini yang harusnya bisa menahan sampah malah putus dan terbawa arus akibat debit air sungai yang terlalu tinggi.

Gambar di atas hanyalah sebagian dari apa yang saya temukan di daerah saya. Banyak lagi hal menarik yang ingin saya bagikan. Tidak semuanya hal menyenangkan, hal pilu sekalipun ada. Tapi apalah cara terbaik berbahagia kalau tidak bersyukur berada di tempat yang memang jelas sudah menjadi takdir terbaik yang Allah berikan. Semoga tulisan ini menjadi pengingat, di mana pun kita berada maksimalkan berbuat baik untuk sekitar, untuk alam yang tujuannya hanyalah Allah semata.

HUT 389 Kabupaten Tangerang, Sehat – Bangkit - Gemilang.


Lia Muslimah
Mauk, Oktober 2021

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama