PKS Kabupaten Tangerang
Oleh: Dini Aulia Rizky 
(Pengiat fitrah based Education, praktis parenting)



Visi Indonesia emas yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia kedepan adalah menjadikan Indonesia bersatu, berdaulat, maju dan berkelanjutan (indonesia2045.go.id).  Tiga kata yang digunakan dalam visi misi ini menandakan bahwa bangsa ini memiliki cita-cita mulia. Implementasi dari cita-cita mulia ini adalah menunjukkan kesiapan dalam pelaku pelaku, sehingga pelaku menyongsong Indonesia emas adalah pelaku yang siap bukan sebagai objek tapi menjadi pelaku sebagai subjek penentu arah bangsa ini, pelaku ini kita sebut sebagai sumber daya manusia  (SDM). 

Pembentukan SDM tidak timbul secara sendirinya namun ini adalah proses panjang, apalagi ketika SDM yang di inginkan adalah SDM unggul memiliki jiwa kuat juga jasmani. Dan SDM ini harus di mulai dari linibterkecil, yaitu keluarga.

Meningkatnnya kejadian perundungan atau bulliying dalam beberapa bulan terakhir ini adalah sebuah perhatian besar yang bagi semua elemen pendidikan termasuk didalamnya adalah keluarga. Peran keluarga dalam pendidikan bukan hanya sekedar pemenuh kebutuhan materi finansial saja tapi juga kebutuhan pemenuhan tumbuh dan berkembangnya jiwa setiap anak-anak. Ayahlah yang seharusnya selalu berperan dalam setiap episode kehidupan perkembangan anak-anaknya, secara fitrah ayah menjadi penentu utama keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Pada usia 0 sampai 6 tahun ayah harus hadir membersamai anak-anak untuk bisa menjadi tempat bermain utama untuk tumbuh kembangnya. Anak sudah harus paham siapa dirinya secara gender, apakah ia laki-laki atau perempuan. Inilah cikal bakal terhalangnya anak anak dari pengaruh negatif diorientasu seksual seperti LGBT (Lesbi, Gay, Bisek,Transgender).

Usia 6 sampai 10 tahun, anak harus lebih di dekatkan pada sosok gender sesuai apa yang ada pada dirinya sendiri. Agar anak mengerti siapa, bagaimana juga seperti apa ia bertindak sebagai manusia utuh pada identitas gendernya. Ayah harus dekat dengan anak laki-lakinya,  dan ibu harus dekat dengan anak perempuannya, Dengan demikian anak akan menjadi pribadi yang lebih mendalam mengenali apa tugas dan perannya di dunia.

Usia 11 sampai 15 tahun, anak di dekatkan oleh sosok gender yang bersilangan dengan identitas gendernya sendiri,  jika ia perempuan maka di dekatkan dengan ayahnya,  jika dia laki-laki di dekatkan dengan ibunya. Anak perempuan akan menjadi sosok yang memahami bagaimana seorang lelaki memperlakukannya dengan baik dan sopan, dan juga merasa mendapat perlindungan juga tempat curhat yang pas, sehingga dia tidak perlu mencari sosok laki-laki lain yang terkadang terjebak pada pergaulan bebas, hingga jatuh pada pelukan lelaki 'hidung belang', nauzubillah. Sedangkan bagi laki-laki jika ia dekat dengan ibunya maka ia akan belajar bagaimana memperlakukan perempuan dengan baik 

dan juga mengerti bagaimana menghargai seorang perempuan. Kelak ketika dewasa dia akan menjadi sosok suami dan juga ayah yang menjadi idola keluarganya dan menjadi ayah yang selalu dirindukan. 

Selamat hari ayah Nasional,  ayah adalah partner utama dalam pendidikan anak-anaknya. Bahasakan cintamu ayah, jadilah ayah hebat dan ayah yang selalu dikagumi dalam keluarga mu yang utama. Agar Indonesia emas tidak akan cemas dengan kekosongan peran ayah. Semangat untuk para ayah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama