PKS Kabupaten Tangerang

TANGERANG SELATAN - Menyusul kejadian tercecernya limbah zat radio aktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, akhir Februari lalu, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Republik Indonesia keluarkan surat edaran tentang Protokol Keamanan Zat Radio Aktif. 

Surat bernomor 0555/K/III/2020 dikeluarkan dengan tujuan meminimalisasi potensi pelanggaran ketentuan keamanan zat radioaktif berupa akses tidak sah sumber radioaktif yang dapat membahayakan pekerja, masyarakat dan lingkungan.

Surat dua halaman yang ditandatangani Kepala BAPETEN, Jazi Eko Istiyanto, mewajibkan seluruh Pemegang Izin Pemanfaatan Ketenaganukliran untuk memeriksa secara berkala dan sewaktu-waktu kesesuaian inventaris zat radioaktif untuk seluruh kegiatan.

Pemegang Izin Pemanfaatan Ketenaganukliran juga wajib melaporkan secara lisan dalam waktu paling lambat 1x24 jam apabila terdapat ketidaksesuaian jumlah inventaris zat radioaktif.

Setiap Pemegang Izin Pemanfaatan Ketenaganukliran wajib meningkatkan sistem keamanan zat radioaktif melalui cara meningkatkan jumlah dan kompetensi petugas, pengembangan standar prosedur operasional dan menambah alat keamanan.

Anggota Komisi VII DPR RI, yang membidangi IPTEK, energi sumberdaya mineral (ESDM) dan Lingkungan Hidup, Mulyanto, menyambut baik upaya perbaikan sistem keamanan zat radioaktif yang dilakukan BAPETEN.

Namun Mulyanto menilai protokol keamanan yang dibuat BAPETEN belum rinci. Seharusnya BAPETEN mewajibkan Pemegang Izin Pemanfaatan Ketenaganukliran membuat standar prosedur opersional (SOP) untuk menjadi acuan dalam penggunaan zat radioaktif.

SOP ini dan implementasinya harus direview secara berkala dan diperkuat.  Khususnya terkait butir No. 1 surat edaran Bapeten di atas.

Menurut Mulyanto, BAPETEN memang perlu mengingatkan secara berkala semua Pemegang Izin Pemanfaatan Ketenaganukliran untuk selalu cermat dan berhati-hati dalam melaporkan dan menggunakan zat radioaktif. 

Selain itu, Pengawas Ketenaganukliran juga harus meningkatkan kemampuan sdm, peralatan dan kelembagaan mereka, sehingga mempunyai SISTEM yang mampu menelusuri siapa pemilik izin dari limbah radioaktif, andai terjadi kasus tececernya limbah radioaktif seperti di perumahan batan indah kemarin.

Kemampuan forensik tersebut menjadi penting, agar aspek pengawasan menjadi lebih dapat diandalkan.

"Kita harus memahami budaya masyarakat yang belum akrab dengan zat radioaktif dan cenderung abai pada dampak yang ditimbulkan jika terjadi kebocoran. 

Zat radio aktif bisa dibilang mirip dengan virus corona yang tidak terlihat, tidak berbau, tidak berwarna, tidak terdengar, tidak terasa dan tidak teraba. Jadi harus dipantau secara rutin dan tepat," ujar doktor nuklir lulusan Tokyo Institute of Technology ini.

Mulyanto mengingatkan agar BAPETEN konsisten melakukan pengetatan pengawasan. Jika dalam proses pengawasan terjadi pelanggaran, BAPETEN diminta jangan ragu bertindak sesuai peraturan yang berlaku. BAPETEN harus memprioritaskan keamanan dan keselamatan masyarakat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama