PKS Kabupaten Tangerang


Seorang Gadis yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun. Diakhir usianya yang ke-19 tahun ini, ia menangis sejadi-jadinya, menangisi dirinya sendiri. Ia adalah Miftahul Jannah, biasa dipanggil Miftah.

Malam itu dikamarnya ia merenung, perasaan gagal berkecamuk dalam hatinya. Ia merasa belum menemukan jati dirinya. Dia menangis seraya bergumam dalam hatinya "Ini adalah hari terakhirku di usia 19 tahun. Namun aku belum memiliki penghasilan mapan dan belum bisa membahagiakan orangtua."

Miftah memang tidak melanjutkan kuliahnya bukan karena tidak mampu, bukan pula karena kurang pintar dan tidak ada kemauan, tapi ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya karena tidak ingin membebani orangtuanya. Ia memiliki jiwa mandiri dan pekerja keras sejak duduk di bangku sekolah SD.

Saat SD Miftah berjualan gambaran, Lalu dibangku SMP dia berjualan permen, kemudian di masa SMA nya dia berjualan roti milik tetangganya. Dari kebiasaan kecil inilah dia jadi menyukai dunia bisnis, berdagang adalah salah satu hobinya. Meskipun demikian, prestasi Miftah disekolah juga terbilang baik. Dia selalu mendapat peringkat 3 besar dikelasnya ini membuktikan bahwa Ia bisa mengimbangi antara belajar dan juga berdagang. 

Kini dia bekerja menjadi seorang pelayan toko busana muslim didekat rumahnya.
________________________________

Setelah puas menangis akhirnya Ia pun tertidur. Keesokan harinya ia terbangun dan hari ini adalah tepat hari ulang tahunnya. Tiba-tiba sahabatnya memberinya pesan singkat lewat WhatsApp.

"Barakallah fii umrik Miftah🥰. Hari ini aku mau ajak kamu main ke Perpusda Kabupaten Tangerang. Kamu bisa kan?" Kata Tia yang merupakan sahabat Miftah.

"Aamiin makasih do'anya Tia. Btw, Aku bisa mainnya jam 10 pagi soalnya masih beberes rumah" jawab Miftah

Kebetulan hari itu adalah hari Kamis, Miftah mengambil cuti setiap hari Kamis karena pelayan toko tidak bisa libur dihari weekend.

"Oke, nanti Aku samper jam 10 ya." Jawab Tia mengakhiri percakapan.
___________________________________




Usai membantu Ibunya membersihkan rumah dan selesai bersiap-siap untuk main bersama Tia. Akhirnya Tia menjemput Miftah dan mereka pergi bersama ke Perpustakaan Kabupaten Tangerang.

Sesampainya di Perpustakaan, betapa terkejutnya Tia memandangi fasilitas dan ruangan Perpustakaan yang semakin canggih dan nyaman. Kini untuk mengisi daftar kunjungannya saja sudah melalui google form, bukan tulis tangan manual lagi. Disamping itu, ruangan perpustakaan yang hening, bersih, dan rapih membuat pengunjung akan betah berlama-lama disini.

"Wah, perpus makin keren aja yaa. Dulu gak ada bangku sebanyak ini. Ruangannya juga estetik sekarang, udah lama gak kesini jadi pangling," ujar Tia sambil terkagum-kagum.

Miftah hanya tersenyum dan bergumam dalam hatinya, "tempat yang hening, cocok untuk berdamai dengan diri sendiri."

Setelah memilah dan memilih buku akhirnya mereka fokus membaca buku masing-masing. Beberapa saat kemudian, mereka mengarahkan pandangannya ke sudut ruangan tersebut. Disitu ada ruangan kecil yang bertuliskan "Ruang Tangerang Corner". Mereka pun memasuki ruangan tersebut, disitu terdapat banyak sekali buku-buku dan gambar yang berhubungan dengan Kabupaten Tangerang. Ruangan tersebut juga dilengkapi dengan sofa panjang yang empuk. Bukannya membaca mereka malah bercengkrama disana, hehe, ada-ada saja.

Seketika sudah jam 12.30 WIB, mereka berniat untuk sholat Dzuhur di Masjid Agung Al-Amjad.

"Eh, udah waktunya Dzuhur nih. Sholat di Masjid Al-Amjad dulu yuk!" Kata Miftah

"Ayuuk, kalo ke Pemda gak ke Masjid Al-Amjad rasanya kurang." Sahut Tia menyetujui.

Sesampainya di Masjid Agung Al-Amjad mereka terpesona dengan keindahan Masjid tersebut. Pelatarannya yang luas, tempatnya yang bersih, dan jika sudah masuk kedalamnya pasti akan dibuat kagum dengan langit-langitnya yang bertuliskan lafadz Allah. Dan diiringi dengan tulisan Al-qur'an surah An-Nur ayat 35 yang melingkari lafadz Allah tersebut.

"Maasyaa Allah yaa Ti, Masjidnya keren banget." Kata Miftah sambil terpesona memandangi keindahan Masjid itu.

"Iya. Main gak perlu jauh-jauh, ke Pemda aja udah banyak tempat yang bagus-bagus kan?" Jawab Tia dengan antusias.

"Bener bangettt, udah yuk wudhu dulu abis itu sholat. Abis sholat kita foto-foto dah. Hehe" sahut Miftah kegirangan.
___________________________________




Seusai sholat Dzuhur, mereka berbincang di Pelataran Masjid Agung Al-Amjad.

"Kamu pernah ngerasa kaya gak berguna gak sih Ti?" Ucap Miftah memulai perbincangan.

"Kok Kamu nanya gitu sih?" Sahut Tia

"Iya, soalnya aku ngerasa gak berguna Ti. Aku belum bisa bahagiain orangtua, belum punya pekerjaan yang mapan, dan Aku kadang suka bingung mikirin bagaimana masa depan aku nantinya." Jelas Miftah.

"Ooh, Aku juga sama suka ngerasa gagal Mif. Kamu harusnya bersyukur sudah memiliki pekerjaan, Aku pengen banget lho punya pekerjaan lagi," uxcap Tia yang kala itu dia sudah tidak bekerja karena habis kontrak dari tempatnya bekerja.

"Iyaa sih, meskipun penghasilan aku gak seberapa tapi harusnya Aku bersyukur. Aku cuma sedih aja kalo bandingin diri Aku sama teman-teman yang lain." Keluh Miftah

"Jangan suka banding-bandingin diri sendiri sama orang lain karena jelas setiap orang punya jalan takdirnya masing-masing. Lagian nih ya, Aku pernah baca kalo di usia-usia segini wajar kok merasa ragu dan takut akan masa depan. Ini disebut juga Quarter Life Crisis. Tapi jangan berlarut-larut, harus tetap semangat dan terus berusaha," ucap Tia menasehati.

"Hmmm, iya juga yaa. Aku gak boleh kaya gini terus. Harus terus semangat! Makasih yaa Tia kamu udah nasehati Aku." Sahut Miftah sambil kembali tersenyum

"Nah gitu dong. Udah ah jangan sedih-sedih lagi. Kita foto-foto aja yuk!" Ajak Tia

"Ayuuk!!" Jawab Miftah dengan antusias.

Lalu mereka berfoto ria untuk menciptakan kenangan tentang hari ini dimasa depan.




Irma Ernawati

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama